Pembangkit Listrik Tenaga Angin
|
Berdasarkan data IEA Clean Coal Center (sampai Mei 2012) menunjukkan bahwa
jumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) didunia telah mencapai 2300 unit
(7000 unit individu). Data ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa
konsumsi energi fosil dalam pemenuhan energi listrik sangat besar.
Penggunaan
energi fosil dalam pemenuhan energi listrik ini ternyata lambat laun
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Dampak buruk yang paling terasa
saat ini adalah global warming (pemanasan global).
Semakin banyaknya dampak buruk yang timbul akibat penggunaan energi
fosil ini, menyebabkan banyak negara membangun dan mengembangkan berbagai macam
pembangkit listrik dengan energi alternatif. Salah satunya adalah pembangkit
listrik tenaga bayu / angin (PLTB). Pembangkit listrik tenaga bayu / angin (PLTB) merupakan pembangkit listrik yang
dapat mengkonversi (mengubah) energi angin menjadi energi listrik. Energi angin
memutar tubin angin / kincir angin. Turbin angin yang berputar juga menyebabkan
berputarnya rotor generator karena satu poros sehingga dapat menghasilkan
energi listrik.
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu / Angin
(PLTB)
|
Penggunaan angin sebagai energi utama dalam pembangkitan energi listrik saat
ini tentunya tidak lepas dari sejarah penggunaan angin dalam pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. Berikut akan adalah sejarah pengguanaan angin hingga
akhirnya kini digunakan untuk membangkitkan energi listrik.
Sejarah
Sejak
dahulu, orang telah memanfaatkan energi angin. Lebih dari 5.000 tahun yang
lalu, orang Mesir kuno menggunakan angin untuk berlayar kapal di Sungai Nil.
Kemudian, orang-orang membangun kincir angin untuk menggiling gandum dan
biji-bijian.
Kata
"Kincir Angin" awalnya dikenal di Persia (Iran). Kincir angin ini
sendiri awalnya tampak seperti roda dengan dayung-dayung yang besar.
Berabad-abad kemudian, orang-orang Belanda mengembangkan desain dasar dari
kincir angin ini. Mereka membuat baling-baling berjenis pisau, namun masih
berbentuk layar.
Desain Dasar Turbin Angin
|
Koloni Amerika menggunakan kincir angin untuk menggiling gandum dan jagung,
memompa air, dan memotong kayu di pabrik kayu. Sampai akhir tahun 1920-an,
Amerika menggunakan kincir angin kecil untuk menghasilkan listrik di daerah
pedesaan tanpa layanan listrik. Namun ketika kabel listrik mulai mengalirkan
listrik ke daerah-daerah pedesaan di tahun 1930-an, kincir angin lokal mulai
jarang digunakan, meskipun kincir angin ini masih dapat dilihat pada beberapa
peternakan di daerah barat.
Turbin
Angin Digunakan Untuk Memenuhi Kebutuhan
Turbin Angin Mulai Ditinggalkan
|
Krisis minyak di tahun 1970-an mengubah gambaran energi bagi negara-negara
dunia. Hal ini menciptakan minat tersendiri terhadap sumber-sumber energi
alternatif, membuka jalan kembali bagi kincir angin untuk
menghasilkan listrik. Di awal 1980-an, penggunaan energi
angin benar-benar pesat di California, sebagian adalah karena kebijakan
negara yang mendorong sumber energi terbarukan. Dukungan untuk pengembangan
energi angin ini kemudian menyebar ke negara-negara lain. Disaat yang
bersamaan, California telah menghasilkan lebih dari dua kali lipat energi angin
dibandingkan dengan negara lain.
Saat
ini telah ada pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai (offshore),
seperti di daerah lepas pantai Cape Cod, Massachusetts, Amerika
Serikat.
PLTB Lepas Pantai Cap Cod, Amerika Serikat
|
Komponen
Turbin Angin
Turbin angin
yang digunakan pembangkit listrik tenaga bayu / angin (PLTB) tersusun dari
berbagai komponen. Berikut akan dijelaskan bagian-bagian dari turbin angin :
Bagian-Bagian Kincir Angin
|
1. Blades
Kebanyakan turbin baik dua atau tiga pisau. Angin bertiup di atas
menyebabkan pisau pisau untuk mengangkat dan berputar.
2. Rotor
Pisau dan terhubung bersama-sama disebut rotor
3.
Pitch
Blades yang berbalik, atau nada, dari angin untuk mengontrol kecepatan
rotor dan menjaga rotor berputar dalam angin yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah untuk menghasilkan listrik.
4. Brake
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja
pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena
generator memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Generator ini akan
menghasilkan energi listrik maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang
telah ditentukan. Kehadiran angin diluar diguaan akan menyebabkan putaran yang
cukup cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini
dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih
diantaranya overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus karena tidak
dapat menahan arus yang cukup besar.
5. Low-Speed
Shaft
Mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60 rotasi per menit.
6. Gear Box
Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah dan
meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit (rpm), sekitar 1000-1800
rpm, kecepatan rotasi yang diperlukan oleh sebagian besar generator untuk
menghasilkan listrik. gearbox adalah bagian mahal (dan berat) dari turbin angin
dan insinyur generator mengeksplorasi direct-drive yang beroperasi pada
kecepatan rotasi yang lebih rendah dan tidak perlu kotak gigi.
7. Generator
Berfungsi mengkonversi energi putar menjadi energi listrik. Ada
berbagai jenis generator yang dapat digunakan dalam sistem turbin angin, antara
lain generator serempak (synchronous generator), generator tak-serempak
(unsynchronous generator), rotor sangkar maupun rotor belitan ataupun
generator magnet permanen.
Penggunaan generator serempak memudahkan kita untuk mengatur tegangan dan
frekuensi keluaran generator dengan cara mengatur-atur arus medan dari
generator. Sayangnya penggunaan generator serempak jarang diaplikasikan karena
biayanya yang mahal, membutuhkan arus penguat dan membutuhkan sistem kontrol
yang rumit.
Generator tak-serempak sering digunakan untuk sistem turbin angin
dan sistem mikrohidro, baik untuk sistem fixed-speed maupun sistem variable
speed.
8.
Controller
Pengontrol mesin mulai dengan kecepatan angin sekitar 8-16 mil per jam
(mph) dan menutup mesin turbin sekitar 55 mph. tidak beroperasi pada kecepatan
angin sekitar 55 mph di atas, karena dapat rusak karena angin yang kencang.
9. Anemometer
Mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data kecepatan angin ke
pengontrol.
10. Wind Vane
Tindakan arah angin dan berkomunikasi dengan yaw drive untuk
menggerakkan turbin dengan koneksi yang benar dengan angin.
11. Nacelle
Nacelle berada di atas menara dan berisi gear box, poros
kecepatan rendah dan tinggi, generator, kontrol dan rem.
12. High-Speed Shaft
Drive generator. Poros yang berhubungan langsung dengan
rotor generator.
13. Yaw Drive
Yaw drive yang digunakan untuk menjaga rotor menghadap ke arah
angin sebagai perubahan arah angin.
14. Yaw Motor
Kekuatan dari drive yaw.
15. Tower
Menara yang terbuat dari baja tabung, beton atau kisi baja. Karena
kecepatan angin meningkat dengan tinggi, menara tinggi memungkinkan turbin
untuk menangkap lebih banyak energi dan menghasilkan listrik lebih banyak.
Tower PLTB dapat dibedakan menjadi 3 jenis seperti gambar dibawah ini. Setiap
jenis tower memiliki karakteristik masing-masing dalam hal biaya, perawatan,
efisiensinya, ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya.
Guyed (Kiri), Lattice (Tengah) dan Mono-Structure
(Kanan)
|
- Wind
direction
Arah alir dari energi angin.
- Penyimpan Energi (Battery)
Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari
angin akan selalu tersedia), maka ketersediaan listrik juga tidak menentu. Oleh
karena itu digunakan alat penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up
energi listrik. Ketika beban penggunaan daya listrik masyarakat meningkat atau
ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka kebutuhan permintaan
akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kita perlu menyimpan
sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada saat turbin
angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada masyarakat menurun. Contoh
sederhana yang dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik
adalah aki mobil. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga
selama 0.5 jam pada daya 780 watt.
Proses
Pembangkitan Energi Listrik Tenaga Angin (PLTB) Secara Umum
Suatu pembangkit listrik dari energi angin merupakan hasil dari
penggabungan dari beberapa turbin angin sehingga akhirnya dapat menghasilkan
listrik. Cara kerja dari pembangkitan listrik tenaga angin ini yaitu
awalnya energi angin memutar turbin angin. Turbin angin bekerja berkebalikan
dengan kipas angin (bukan menggunakan listrik untuk menghasilkan listrik, namun
menggunakan angin untuk menghasilkan listrik). Kemudian angin akan
memutar sudu-sudu turbin, lalu diteruskan untuk memutar rotor pada generator
letaknya di bagian belakang turbin angin. Generator mengubah energi putar rotor
menjadi energi listrik dengan prinsip hukum Faraday, yaitu bila terdapat
penghantar didalam suatu medan magnet, maka pada kedua ujung penghantar
tersebut akan dihasilkan beda potensial.
Ketika poros generator mulai berputar, maka akan terjadi perubahan fluks
pada stator yang akhirnya dihasilkan tegangan dan arus listrik. Tegangan dan
arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik dan
didistribusikan ke rumah-rumah, kantor, sekolah, dan sebagainya. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini
berupa AC (alternating current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih
sinusoidal. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum
dapat dimanfaatkan. Turbin untuk pemakaian umum berukuran 50-750 kilowatt.
Sebuah turbin kecil, kapasitas 50 kilowatt, digunakan untuk perumahan, piringan
parabola, atau pemompaan air.
Sistem
Elektrik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu / Angin (PLTB)
Secara umum sistem kelistrikan dari PLTB dapat dibagi menjadi 2 yaitu
kecepatan konstan dan kecepatan berubah. Keuntungan dari sistem kecepatan
konstan (fixed-speed) adalah murah, sistemnya sederhana dan kokoh (robust).
Sistem ini beroperasi pada kecepatan putar turbin yang konstan dan menghasilkan
daya maksimum pada satu nilai kecepatan angin. Sistem ini biasanya menggunakan
generator tak-serempak (unsynchronous generator), dan cocok diterapkan pada
daerah yang memiliki potensi kecepatan angin yang besar. Kelemahan dari sistem
ini adalah generator memerlukan daya reaktif untuk bisa menghasilkan listrik
sehingga harus dipasang kapasitor bank atau dihubungkan dengan grid. Sistem ini
rentan terhadap pulsating power menuju grid dan rentan terhadap perubahan
mekanis secara tiba-tiba. Gambar berikut menunjukkan diagram skematik dari
sistem ini.
Sistem PLTB Kecepatan Konstan (Fixed-Speed)
|
Selain kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang
menggunakan sistem kecepatan berubah (variable speed), artinya sistem
didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum pada berbagai macam kecepatan.
Sistem variable speed dapat menghilangkan pulsating torque yang
umumnya timbul pada sistem fixed speed.
Secara umum sistem variable speed mengaplikasikan elektronika daya untuk
mengkondisikan daya, seperti penyearah (rectifier), konverter DC-DC, ataupun
inverter. Gambar A sampai Gambar D adalah jenis-jenis sistem PLTB kecepatan
berubah.
Pada sistem variable speed (A) menggunakan generator induksi rotor
belitan. Karakteristik kerja generator induksi diatur dengan mengubah-ubah
nilai resistansi rotor, sehingga torsi maksimum selalu didapatkan pada
kecepatan putar turbin berapa pun. Sistem ini lebih aman terhadap perubahan
beban mekanis secara tiba-tiba, terjadi reduksi pulsating power menuju
grid dan memungkinkan memperoleh daya maksimum pada beberapa kecepatan angin
yang berbeda. Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan masih
terbatas.
Gambar A Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Rotor
Belitan)
|
Pada sistem variable speed (B) menggunakan rangkaian elektronika
daya untuk mengatur nilai resistansi rotor. Sistem ini memungkinkan memperbaiki
jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan sistem pertama.
Gambar B Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Back
To Back Converter)
|
Sistem variable speed (C) dan (D) adalah sistem PLTB yang
dibedakan berdasarkan jenis generator yang digunakan.
Gambar C Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Rotor
Sangkar)
Gambar D Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Rotor
Magnet Permanen)
Syarat Angin
Untuk PLTB
Tidak semua jenis angin dapat digunakan untuk
memutar turbin pembangkit listrik tenaga bayu / angin. Untuk itu berikut akan
dijelaskan klasifikasi dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi listrik.
Angin kelas
3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Kelebihan
dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB)
Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara
prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti
eksploitasi sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang
berkurang seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil. Oleh karenanya tenaga
angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan. Tenaga
angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana penggunaannya
tidak mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti ke lingkungan.
Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin
merupakan proses yang paling lama untuk pengembangan proyek energi angin. Hal
ini dapat memakan waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar yang
membutuhkan studi dampak lingkungan yang luas.
Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh
dari proses manufaktur komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang akan
didirikan pembangkit listrik tenaga angin. Namun dalam operasinya membangkitkan
listrik, secara praktis pembangkit listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan
emisi yang berarti. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan
batubara, emisi karbon dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini hanya
seperseratusnya saja. Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga
angin menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen oksida, polutan atmosfir yang
lebih sedikit jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan menggunakan
batubara ataupun gas. Namun begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak
sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat beberapa masalah yang terjadi akibat
penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit listrik, diantaranya adalah
dampak visual , derau suara, beberapa masalah ekologi, dan keindahan.
Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik.
Penggunaan ladang angin sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang
tidak sedikit dan tidak mungkin untuk disembunyikan. Penempatan ladang angin
pada lahan yang masih dapat digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi
persoalan tersendiri bagi penduduk setempat. Selain mengganggu pandangan akibat
pemasangan barisan pembangkit angin, penggunaan lahan untuk pembangkit angin
dapat mengurangi lahan pertanian serta pemukiman. Hal ini yang membuat
pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas. Beberapa aturan mengenai
tinggi bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit listrik tenaga angin
dapat terhambat. Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga dapat
menyebabkan terganggunya cahaya matahari yang masuk ke rumah-rumah penduduk.
Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari yang berkelap-kelip dan dapat
mengganggu pandangan penduduk setempat.
Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau
frekuensi rendah. Putaran dari sudu-sudu turbin angin dengan frekuensi konstan
lebih mengganggu daripada suara angin pada ranting pohon. Selain derau dari
sudu-sudu turbin, penggunaan gearbox serta generator dapat menyebabkan derau
suara mekanis dan juga derau suara listrik. Derau mekanik yang terjadi
disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen yang berada dalam nacelle atau
rumah pembangkit listrik tenaga angin. Dalam keadaan tertentu turbin angin
dapat juga menyebabkan interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan
sinyal televisi atau transmisi gelombang mikro untuk perkomunikasian.
Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan
menganalisa data turbulensi angin dan kekuatan angin. Derau aerodinamis
merupakan fungsi dari banyak faktor seperti desain sudu, kecepatan perputaran,
kecepatan angin, turbulensi aliran masuk. Derau aerodinamis merupakan masalah
lingkungan, oleh karena itu kecepatan perputaran rotor perlu dibatasi di bawah
70m/s. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan skala besar dari
pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah iklim lokal maupun global karena
menggunakan energi kinetik angin dan mengubah turbulensi udara pada daerah
atmosfir.
Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit
tenaga angin adalah terhadap populasi burung dan kelelawar. Burung dan
kelelawar dapat terluka atau bahkan mati akibat terbang melewati sudu-sudu yang
sedang berputar. Namun dampak ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan
kematian burung-burung akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan
aktivitas manusia lainnya yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Dalam
beberapa studi yang telah dilakukan, adanya pembangkit listrik tenaga angin ini
dapat mengganggu migrasi populasi burung dan kelelawar. Pembangunan pembangkit
angin pada lahan yang bertanah kurang bagus juga dapat menyebabkan rusaknya lahan
di daerah tersebut.
Ladang angin lepas pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat
mengganggu pelaut dan kapal-kapal yang berlayar. Konstruksi tiang pembangkit
listrik tenaga angin dapat mengganggu permukaan dasar laut. Hal lain yang
terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah terganggunya kehidupan bawah
laut. Efek negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana terjadinya
polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah pemasangan
turbin angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladang pembangkit listrik
tenaga angin lepas pantai menambah 80 – 110 dB kepada noise frekuensi rendah
yang dapat mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator
laut. Namun begitu, ladang angin lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat
pertumbuhan bibit-bibit ikan yang baru. Karena memancing dan berlayar di daerah
sekitar ladang angin dilarang, maka spesies ikan dapat terjaga akibat adanya
pemancingan berlebih di laut.
Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan
dan kecelakaan. Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat
perputaran telah menyebabkan beberapa kecelakaan dan kematian. Kematian juga
terjadi kepada beberapa penerjun dan pesawat terbang kecil yang melewati turbin
angin. Reruntuhan puing-puing berat yang dapat terjadi merupakan bahaya yang
perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya. Kebakaran
pada turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan akibat
tingginya posisi api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal
ini dapat menyebarkan asap beracun dan juga dapat menyebabkan kebakaran
berantai yang membakar habis ratusan acre lahan pertanian. Hal ini pernah
terjadi pada Taman Nasional Australia dimana 800 km2 tanah terbakar. Kebocoran
minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan terjadinya polusi daerah
setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air minum.
Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunan
pembangkit listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan penggunaan
energi fosil, dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan energi
angin dalam kelistrikan telah turut serta dalam mengurangi emisi gas buang.
Perkembangan
Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Indonesia dan Dunia
Pada saat ini, sistem pembangkit listrik tenaga angin mendapat perhatian
yang cukup besar sebagai sumber energi alernatif yang bersih, aman, serta ramah
lingkungan serta kelebihan-kelebihan lain yang telah disebutkan sebelumnya di
atas. Turbin angin skala kecil mempunyai peranan penting terutama bagi
daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jaringan listrik. Pemanfaatan energi
angin merupakan pemanfaatan energi terbaru yang paling berkembang saat ini.
Berdasarkan laporan tengah tahun 2012 The World Wind Energy
Association (WWEA), total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin diseluruh
dunia telah mencapai 254.000 MW atau 254 GW. Jumlah tersebut sudah merupakan
penambahan 16.546 MW selama enam bulan pertama tahun 2012. Hal ini menunjukkan
10 % lebih sedikit jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, yaitu
terdapat penambahan 18.405 MW.
Total Kapasitas Terpasang 2010-2012 [MW]
|
Kapasitas global tumbuh sekitar 7 % dalam 6 bulan (2 % lebih
sedikit dibandingkan dengan tahun 2011 untuk periode yang sama) dan 16,4 % dari
basis tahunan (mid-2012 dibandingkan dengan mid-2011). Perbandingannya,
pertumbuhan tahunan tahun 2011 adalah 20,3 %.
Berdasarkan laporan akhir tahun 2011 The World Wind Energy Association
(WWEA), Indonesia menempati urutan ke 84 dalam kaitan total kapasitas
pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) serta penambahan kapasitas ditahun
2011. Peringkat ini merosot dari yang pada akhir tahun 2010 menempati peringkat
74. Di akhir tahun 2011, total kapasitas pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB)
yang dimiliki oleh Indonesia hanya 1,4 MW dan hal tersebut tidak ada penambahan
kapasitas jika dibandingkan dengan tahun 2010.
Pada akhir tahun 2007 telah dibangun kincir angin pembangkit
dengan kapasitas kurang dari 800 watt dibangun di empat lokasi, masing-masing
di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali,
serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Kemudian, di seluruh Indonesia,
lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW)
mulai dibangun. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik
tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.